Hawa pagi hari yang dingin menusuk tak menyurutkan laju kendaraan.
Matahari sudah menapakkan jejak semburat lembayung di cakrawala.
Syukurlah kami tak terlambat. Saat merias sang pengantin putri belum
dimulai. Setelah beberapa saat kemudian, riaspun dimulai. Mba' Munie,
sang pengantin putri, yang saat itu berbeda, lebih langsing dibanding
sebelumnya. Wow, suatu usaha yang berhasil!
Ibu Tuti Wondo, dari Salon Sekar Sari beraksi dengan alur yang
mengalir bagai angin yang menyejukkan. Kami hanya menyesuaikan kondisi
dan posisi, dan kebetulan, kami masih bisa mendapatkan ruang yang
cukup untuk berkreasi.
Wajah, mata, bibir, rambut hingga tangan dan kuku dirias dengan sangat
rapi. Kebaya muslim dengan warna merah muda sangat serasi dengan warna
rias wajahnya. Serasa pas dan serasi tanpa noda.
Masa penantian...
...
Pengantin pria pun datang dengan gagahnya, bersama iringan dari
keluarga besar dari mas Pras, sang pengantin pria.
Acara pun dimulai, ruang akad nikah telah tertata rapi, penghulu,
saksi, dan orang tua telah berada pada tempat mereka.
Mba' Munie, sang pengantin putri, melangkah keluar dari kamar
pengantin dengan anggun, menuju sisi ayahanda, menyongsong saat-saat
yang mengharukan.
Suasana penantian untuk pengucapan qabul oleh mas Pras, menjadi saat
yang lama bagi Munie.
Suatu kalimat sakral dari sang kekasih terucap dengan lancar menyambut
kalimat ijab dari sang ayahanda tercinta.
Suatu rasa yang tak terungkapkan, saat ayahanda menyatukan dua kekasih
untuk selamanya.
Terima kasih pada ibunda dan ayahanda dalam sembah sungkem kami.
Janganlah kalian bersedih, karena ananda berdua tetap menyimpan cinta
kasih ibunda dan ayahanda dalam hati ini, yang tak dapat kami balas
walau dengan segala cinta dan kebaikan seumur hidup kami. Terimalah
sembah sungkem kami dan maaf kami atas segala kesalahan dan kekhilafan
kami. Restuilah kami berdua, hingga kami dapat membahagiakan ibunda
dan ayahanda.
Cinta sejati yang tulus...
--
Lembayung Fotografi